Berbagi cerita untuk tawa

Tab Laman

Jumat, 30 Oktober 2015

Ketika Aisyah Cemburu


         Pagi yang sedikit mendung. Semendung mata Aisyah. Mata sayu dengan tatapan kosong itu terus menapaki jalanan yang becek. Perlahan dihindarinya genangan air. Tetesan bening mengalir lembut di kedua pipinya. Sesekali disekanya dengan ujung jilbab. Nyanyian perih terus berdendang dihatinya. Ia tersenyum menatap dua kupu-kupu yang hinggap di antara bunga mawar hutan di tepi jalan. Aisyah menghentikan langkahnya. Ia terus menatap kedua kupu-kupu bersayap biru itu. Mereka mengayunkan sayapnya menghisap madu bersama. Begitu bahagia. Lantas tak lama datanglah seekor kupu-kupu berwarna abu-abu yang mendekat. Mereka terbang bersama mencari madu diantara bunga mawar merah muda itu. Namun, setelah sekian menit si kupu-kupu biru ditinggal sendiri. Ah.. kasihan sekali dia. Sendiri. Terbang mencari madu diantara bungan melati.

      Aisyah tersenyum melihat kupu-kupu biru. Ia pun melanjutkan perjalananya. Aisyah mempercepat langkahnya menuju pohon kasih sayang. Ya, pohon rindang di pinggir sungai yang selalu meneduhkan hati Aisyah dikala gundah. Ia duduk menyandarkan punggungnya pada pohon dengan alas rumput hijau. Matanya menerawang. Teringat percakapannya dengan Faiha pagi tadi.

"Fa, Kau pernah cemburu?" tanya Aisyah yang masih sibuk mencuci piring.
" Iya, pernah lah. Aku manusia Syah, aku masih memiliki persaan bahagia, kecewa, cemburu, dan semua rasa itu ada. Kenapa Syah?" Faiha balik bertanya.
" Fa, ketika ada orang yang mendekati orang yang kau sayangi, apa perasaanmu?" Aisyah melanjutkan pertanyaannya.
" Aku cemburu Syah, aku kesal, aku marah Syah. Itu wajar menurutku." Jawabnya singkat seraya sibuk mengiris bawang merah.
" Oh.. satu lagi Fa, Bagaimana perasaanmu jika orang itu tidak bisa mendekati orang yang kau sayangi tapi ia terus berusaha seolah-olah memiliki memberi perhatian misal seperti memberi julukan, membuat state di media sosial untuk orang yang kau sayangi. Apa perasaanmu?" tanya Asiyah lagi dengan rasa sesak dihati.
" Syah, kalau aku tahu aku pun pasti kesal, aku pasti marah, dan aku pasti cemburu. Itu Aisyah yang aku rasakan. Eh... kenapa kau tiba-tiba tanya seperti itu Syah? Ada apa?" tanya Faiha penasaran meatap penuh selidik.
" Tak ada Fa, aku hanya menanyakan apa yang ditanyakan temanku kepadaku. Aku pergi dulu ya Fa," Pamit Aisyah sembari membenarkan jilbabnya.
" Mau kemana neng? Fa masak belum selesai, emang engk mau sarapan pagi dulu?" tanya Faiha heran, Aisyah tak seperti biasanya. Dan akan pergi kemana ia pagi ini, seingatnya Aisyah tak memiliki planning kemana pun hari ini.
" Aku pergi ya Fa, Assalamu'alaykum Fa.." Pamit Aisyah tanpa basa basi.
" Iya. Wa'alaykumusalam. Hati-hati Syah. " balas Faiha.

          Ah... butiran bening ini kembali menetes. Semakin deras semakin sesak rasa yang menghantam dada Aisyah.

Rabb aku bisa dan aku kuat. Aku akan terus berusaha membuang rasa yang ada dihati ini. Kuatkan aku Rabb. 
Mungkin semua orang menganggapku terlalu kekanak-kanakan hanya karena ia memiliki rasa cemburu. Hanya karena mereka tak tahu bagaimana rasanya menjadi aku. Bagaimana rasanya cemburu itu. Rabb, aku pun tak ingin memiliki rasa ini. Terlalu sakit bagiku. Ampuni aku Rabb...
Dulu aku pun pernah menganggap ketika orang cemburu ia sangat keterlaluan. Tapi sekarang aku tahu mengapa mereka seperti itu, dan bagaimana rasanya. Aku tahu. Tahu.

         Air mata Aisyah semakin deras membanjiri kedua belah pipinya. Jilbab yang ia kenakan basah oleh butiran bening yang terjun menuju dagunya. Aisyah terisak, memjamkan matanya merasakan hembusan angin yang mungkin bisa menenangkan pikirannya. Hatinya berdebar. Mengikuti belaian angin yang terus menemani perih hatinya.
      Bayanagan wajah Farah menghampirinya. Aisyah terbanyang senyum Farah. Wanita yang beberapa tahun ini telah menemaninya. melewati suka dan duka. Wanita yang menjadi pelindung, wanita yang bertangan hangat, wanita yang tak pernah ragu memberikan pelukannya ketika Aisyah menangis, wanita yang selalu menghiburnya, wanita yang memiliki bahu yang nyaman ketika Aisyah bersandar.
           Farah... Aku menyayangimu... Maaf kan aku.. Maaf aku cemburu 
           Bisik Aisyah bersama hembusan angin
Share:

2 komentar:

Blog Archive