“ Sekarang ini hanya masalah waktu, yang harus kita lakukan saat ini ada
totalitas”
“Kita punya potensi yang berbeda, bukan karena siapa teman siapa.
Tapi karena kita punya kemampuan yang engk sama.”
“Kau menyayangiku sebagai teman? Bolehkah kuminta jangan pernah
berpikir yang macam-macam. Bukankah kau selalu bilang kita harus berfikir
positif.”
“Aku tahu. Dan karena itu sebisa mungkin aku mencoba untuk
menetralisir dan meminimalisir ap ayang kamu rasakan. Tapi sepsertinya usaha
yang aku lakukan sia-sia. Kamu tetap
saja keras berpegang dengan pendirianmu dan tak pernah mencoba untuk
melihat dari sisi yang lain.”
“Kamu fikir aku tak pernah merasakan apa yang kamu rasakan? Tapi
apakah aku selalu menampakkan rasa tidak suka ku? Apakah aku harus selalu
marah-marah, kecewa atau apapun itu? Aku tak pernah seperti itu, bukan?"
“Maafkan aku yang sudah membawamu ketempat seperti ini. Maafkan aku
yang tidak bisa membahagiakanmu. Maafkan aku yang tak bisa menjaga perasaanmu.
Maafkan aku yang selalu membuatmu merasa beda. Maafkan aku yang hanya bisa
selalu merepotkanmu.”
“Aku tidak marah, tapi kau terlalu keras kepala. Aku sudah katakan
kita itu sama hanya berbeda cara, tapi tetap saja kau masih ngotot dan
merendahkan diri. Aku kesal.”
“Dan terserah denganmu saja. Sudah larut. Mari istirahat, sampai
jumpa besok”
“Apakah kau ingin meninggalkanku sendiri disana?”
0 komentar:
Posting Komentar